MEMBACA DAN MENULIS. Kebudayaan, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagaimana memahami kebudayaan? Belajar, tentunya. Diantaranya ‘membaca’ kebudayaan. Kebudayaan wujudnya terpantau melalui gagasan, karya, dan hasil karya. Belajar kebudayaan melalui internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Sungguh sangat mengangumkan, Allah SWT menurunkan ayat pertama kepada Rasulullah SAW, iqra’, iqra’, iqra’ … Membaca adalah ‘jalan’ kehidupan dan kebudayaan. Begitu pentingnya arti membaca, sepenting ketika Rasulullah memerintahkan para sahabat menghapal
Al-Qur’an, dan menuliskan
di pelapah korma, tulang-tulang, dan sebagainya. Kalau tidak ada tulisan, apa yang akan dibaca? Tulisan sebagai wahana kebudayaan sekaligus penanda tingkat kebudayaan. Kita sudah sangat akrab, pengetahuan dasar historis ditandai apabila suatu masyarakat memasuki era sejarah ketika tulisan mereka dan atau tentang mereka ditemukan. Era sebelumnya dinamai zaman pra sejarah. Manakala di suatu masyarakat tidak banyak diproduksi tulisan —tentang ide-ide, karya, dan hasil karya— semakin jauhlah dari berkebudayaan (dan berperadapan). Katakanlah masih masyarakat jahilyah.
Iqra’, Iqra’, Iqra